Analisis Teks dan Konteks

Analisis Teks dan konteks
By: Si Guru Ngaji

Dalam sejarah dan dunia modern, model pemahaman manusia  terbagi kepada dua kelompok dalam melihat sesuatu atau teks, meminjam istilah Zurkani Yahya, ada yang tekstual dan ada yang kontekstual. Harun Nasution dan ulil abshar abdallah menyebutnya dengan rasional dan tradisional.

Tradisi Islam akrab dengan istilah Ahl al Hadis dan Ahl Ar Ra'yi. Ahl al Hadis merujuk pada kecenderungan ahli memahami teks dengan apa adanya, jika ada pertentangan antara teks dan akal,  maka akan dikembalikan kepada makna teks atau maknanya diserahkan kepada Allah.

Sementara ahl ar Ra'yi cenderung memahami teks dengan rasional, dan jika terjadi pertentangan antara teks dan rasio, maka upaya takwil harus dilakukan.

Dalam istilah barat analisis teks atau wacana ini disebut dengan hermeneutika.

Teks menurut teori hermeneutika, tidak berdiri sendiri, tp selalu terkait dengan konteks, maksud penutur teks, dan tujuan atau kemampuan penafsir terhadap teks.

Dengan demikian, menurut Derrida, teks atau wacana bisa saja dipahami berbeda atau beragam sesuai subjek yang memahaminya, atau perbedaan konteks yang melatarinya.

Dikaitkan dengan peristiwa atau berita baik dalam bidang politik, ekonomi, pendidikan dan lain lain, idealnya perlu dipahami secara utuh dengan menggunakan analisis teks atau wacana yang benar.

Tanpa bermaksud menafikan ada teks yang objektif, tetapi mayoritas berita yang dibaca di media cetak atau di dengar di media elektronik perlu dipahami dengan kontekstual.

Penyakit dunia modern yang suka pencitraan apalagi dikaitkan dengan politik, membuat kita perlu secara jeli membaca 'wacana politik' yang berkembang.

Malah jika dinyatakan secara benar sesuai teks, maka itu tidak politik namanya dalam paham yang ekstrim. Siyasat tak boleh diketahui oleh lawan, jika dibeberkan, itu namanya tak berpolitik, atau politikus amatiran.

Tatkala dikaitkan dengan politisi Indonesia, maka saya melihat, analisis kontekstual ini sangat dibutuhkan dalam menerjemahkan maksud dan tujuan dari mayoritas politisi Indonesia. Jika tidak, maka kita harus siap siap kecewa atau korban politik mereka.

Disinilah urgensi lahirnya politikus Muslim yg menjunjung tinggi nilai nilai, sehingga orientasi politik mereka benar benar memperjuangkan umat.

Melek politik juga tak kalah pentingnya, mengingat awal penciptaan manusia tak lepas dari proses politik.

Setiap aktifitas dan derap langkah manusia tak bisa lepas dari proses politik, apalagi dalam menentukan calon pemimpin?

Mereka yg mengharamkan politik, tak mau , atau abai terhadap politik, siap2lah dipolitiki atau korban politik. Di akhirat juga harus siap bertanggung jawab dihadapan Allah atas tindakannya tersebut.

Namun wacana pendidikan dan ekonomi biasanya lebih objektif dari wacana politik, sehingga dapat dipahami apa adanya, walau pada saat saat tertentu harus dipahami dengan kontekstual.

Teori teori pendidikan dan ekonomi lahir tentunya sangat terkait dengan konteks, latar si penutur dan ideologinya.

Dengan demikian, latar lahirnya suatu teori, siapa yang menyampaikan dan apa yang menjadi keyakinanya perlu dibaca oleh penikmat atau subjek yang hidup di zaman ini.

Upaya kritis, analitis dan kontekstualisasi merupakan keharusan akademik sebelum dihidangkan kepada para peserta didik atau masyarakat yang kebanyakan hanya memilki kemampuan taklid.

Setiap ilmuan atau Muslim bertanggungjawab atas semua fatwa dan celotehnya yang disampaikan kepada siapa saja, karena akan berakibat atau berdampak bagi masyarakat bahkan alam semesta.

Disinilah urgensi analisis teks, konteks atau hermeneutika dilakukan oleh ilmuan atau akademisi.

Fa'tabiru...

Comments

Popular posts from this blog

Ketika 'Buku buku' di makan rayap

Mengintip Negeri Para Nabi

Melawan Lupa