Posts

Logika (Mantiq)

Logika (Mantiq) Milik Petarung Bersorban? Ada beberapa istilah yg kadang sulit dibedakan dan sering salah digunakan orang dalam perbincangan, yaitu sama, lain, berbeda, dan bertentangan. Terminologi sama bermakna persis tanpa ada perbedaan sama sekali. Tidak ada celah untuk membedakannya. Lain bermakna, ada kesamaan tapi yang satu tidak dapat dimasukkan pada yang satunya lagi, seperti siang dan malam atau laki laki dan perempuan. Berbeda bermakna memiliki kesamaan tp ada yang membedakannya, seperti pendapat orang tentang sosok presiden joko widodo. Pasti berbeda tp akan ada persamaannya. Bertentangan bermakna berlawanan antara satu dengan lainnya.... Bagi analis, kemampuan mantik atau logika sangat dibutuhkan, sehingga tidak salah dalam menganalisis dan menggunkan term. Kesalahan ini dijumpai banyak terjadi dalam dialog dan tulisan di berbagai media, bahkan seperti trend di media elektronik, seperti pada dialog2 di televisi. Ternyata, urgensi ilmu ini disadari betul oleh Syek

Ketika 'Buku buku' di makan rayap

Ketika 'Buku buku' di Makan Rayap Sebuah keprihatinan 'Si Guru Ngaji' Ketika anda berjalan di kota Qum (Iran), maka di sepanjang jalan akan ditemukan lebih banyak penjual buku di banding penjual makanan. Berbeda dengan ketika anda berjalan di kota Jakarta misalnya, atau kota-kota lain di Indonesia, maka anda akan menemukan penjual makanan yang berjubel, dan akan kesulitan mencari penjual buku/toko buku. Begitu juga tatkala anda naik kereta api di Mesir, anda akan menyaksikan begitu banyak orang yang membaca buku atau Alquran. Berbeda dengan naik kereta api di Indonesia, anda tidak akan menemukan hal yang sama, yang anda temukan adalah orang-orang yang sibuk main game, otak atik HP, ber facebook atau twitter (sukur jika dimanfaatkan untuk membaca atau hal positif lainnya). Kemudian, berkunjunglah ke berbagai sekolah dan kampus di Indonesia, anda akan menemukan bahwa di kantin akan lebih ramai daripada di perpustakaan. Malah, banyak sekolah atau kampus yang tidak me

Melawan Lupa

Melawan Lupa Kilas balik 23 Tahun Lalu Waktu adalah makhluk Tuhan yang tidak bisa lepas dari perjalanan hidup manusia. Ia berwujud rentang atau jarak yang membedakan lalu, kini dan akan datang. Adanya waktu membuat kehidupan menjadi dinamis. Manusia bisa menilai, mengevaluasi dan berintrospeksi lakon hidupnya di pentas alam semesta. Manusia yang berpikir dan cerdas akan menatap masa lalu sebagai sebuah kenangan atau sejarah yang wujudnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan harus dilestarikan dan ditingkatkan,  sementara kekurangan perlu ditinggalkan atau disempurnakan. Masa kini adalah saat yang paling menentukan bagi masa depan. Apa dan sejauh mana yang dilakukan oleh manusia saat ini, itulah yang akan menjadi bagiannya nanti. Meramalkan masa depan itu ternyata tidak terlalu sulit karena merupakan konsekuensi apa yang dilakukan saat ini. Manusia atau kelompok manusia yang merencanakan dan memenej kehidupan dengan baik dengan planing yang jelas, baik jangka pendek, men

Analisis Teks dan Konteks

Image
Analisis Teks dan konteks By: Si Guru Ngaji Dalam sejarah dan dunia modern, model pemahaman manusia  terbagi kepada dua kelompok dalam melihat sesuatu atau teks, meminjam istilah Zurkani Yahya, ada yang tekstual dan ada yang kontekstual. Harun Nasution dan ulil abshar abdallah menyebutnya dengan rasional dan tradisional. Tradisi Islam akrab dengan istilah Ahl al Hadis dan Ahl Ar Ra'yi. Ahl al Hadis merujuk pada kecenderungan ahli memahami teks dengan apa adanya, jika ada pertentangan antara teks dan akal,  maka akan dikembalikan kepada makna teks atau maknanya diserahkan kepada Allah. Sementara ahl ar Ra'yi cenderung memahami teks dengan rasional, dan jika terjadi pertentangan antara teks dan rasio, maka upaya takwil harus dilakukan. Dalam istilah barat analisis teks atau wacana ini disebut dengan hermeneutika. Teks menurut teori hermeneutika, tidak berdiri sendiri, tp selalu terkait dengan konteks, maksud penutur teks, dan tujuan atau kemampuan penafsir terhadap teks. D

Mengintip Negeri Para Nabi

Image
Mengintip Negeri Para Nabi (Karakter Ilmuan, Al Azhar dan Kita) By Al Faqir Guru Ngaji Pertama kali menginjakkan kaki di Mesir  pada 2016 membuat hati  deg-degan, sepertinya saya sedang masuk di ‘area’  dengan atmosfir berbeda. ‘Medan Magnet’ di ‘Bumi Para Nabi’ ini seolah lebih dahsyat dari di Indonesia, sehingga daya tariknya nyaris tak tertahan dan tak terbendung. Kendati ada kontras antara perspektif saya tentang Mesir sebagai ‘Negeri Muslim Ideal’ dengan fakta yang sebenarnya, namun tidak mengurangi rasa ‘penasaran’ saya tentang rahasia ‘apa’ yang tersimpan di tempat kelahiran Yusuf ini. Mesir ternyata bukan seperti Malaysia yang relatif bersih, tertib, dan disiplin. Bukan juga seperti Qatar dan Abu Dabi yang nyaris tertata rapi seperti Eropa, sehingga indah dan menggoda. Negeri ‘Seribu Menara’ ini hanya sebuah negeri yang jika dibaca dari permukaan, kurang menarik bagi mereka yang katanya berperadaban ‘modern’. Betapa tidak, di negeri yang dialiri sungai Nil ini, s